Jadilah Orang Sukses Menurut Epikuros

Dosen BINUS University
Jadilah Orang Sukses Menurut Epikuros 06/01/2024 1568 view Budaya Pixabay.com

Tahun 2020, untuk pertama kalinya saya melakukan perjalanan jauh dengan motor. Oleh mereka yang suka bertualang dengan roda dua, menyebutnya touring motor. Saya mengawali perjalanan dari Jakarta, menuju ujung barat Sumatera. Istilah kerennya buat saya, perjalanan ke matahari terbenam.

Pengalaman yang saya dapat, jangan ditanya. Berbagai cerita unik saya cicip selama perjalanan seorang diri itu. Dan tentu saja, tidak akan saya ceritakan semuanya di sini. Saya hanya akan ceritakan satu pengalaman unik, yang sekiranya bisa jadi pembuka ulasan kita kali ini.

Di perjalanan ini saya jumpa seorang kawan asal Padang, Sumatera Barat. Ia anak muda yang ingin sekali merantau. Seumur-umur dia belum pernah keluar dari Pulau Sumatera. Ia mau merantau ke Jakarta, menunggang motor kesayangannya.

Ketika ia lihat unggahan tentang perjalanan saya di media sosial, ia langsung kontak. Katanya, kalau saya bersedia pas arah balik dari Aceh ke Jakarta, ia mau ikut. Biar ada teman di jalan. Soalnya, kalau sendiri belum berani, katanya.

Jadilah kami janjian bertemu di Pekanbaru, lalu beriringan menuju Jakarta. Hari pertama, kami kemalaman di Merlung, sebuah kecamatan kecil, sekitar dua setengah jam sebelum kota Jambi. Jadilah kami menginap seadanya di SPBU.

Menjelang tidur, layaknya kawan baru, kami coba saling berbagi cerita. Biar saling kenal lebih jauh. Saya tanya, apa alasanmu merantau ke Jawa, Halim? Ia bilang, mau jadi orang sukses. Lalu saya berseloroh, wah saya sudah lebih dari 10 tahun merantau ke Jakarta. Tapi belum sukses-sukses juga. Kami pun tertawa. Tepatnya, menertawakan mimpi kami untuk jadi orang sukses.

Sukses Seperti Apa?

Sukses, hemat saya, sebuah konsep abstrak. Ia butuh diterjemahkan ke dalam tanda atau simbol, yang dapat ditunjuk dan diukur. Misalnya, sukses bagi sebagian orang mungkin berupa rumah mewah, mobil mewah, usaha dengan laba milyaran, dan lain sebagainya.

Sebagian lagi, sukses adalah bisa punya jabatan mentereng, punya kuasa yang susah digoyang, punya anak buah/karyawan, dan tentu saja secara strata sosial lebih tinggi dari orang sekitar. Yang lain, sukses bisa diukur dari pencapaian hasil studi unggul, bekerja di perusahaan ternama dan penghasilan di atas rata-rata, bisa beli outfit harga dua digit.

Bagaimana dengan saya? Tahun 2020 itu, saat memulai “ide gila” bertualang dengan motor saya baru saja menyelesaikan studi S2, tiga bulan sebelumnya. Ijazah belum saya urus karena duitnya saya pakai buat jalan-jalan. Tidak punya pekerjaan. Penghasilan tak pasti, sebab sejak 2017 saya putuskan kerja serabutan.

Tapi tampaknya saya bahagia sekali bisa keluar masuk kampung-kampung di Sumatera dengan motor matic kesayangan saya, tanpa rasa khawatir. Tidak malu karena tidak berseragam saban pagi ke kantor, tidak punya penghasilan tetap, dan hal-hal serupa. Rasanya saya bahagia dengan itu. Dan bagi saya, itulah cerita sukses saya. Sukses yang abstrak saya terjemahkan sebagai hidup apa adanya.

Sukses terhebatku adalah punya pengalaman tentang Indonesia dan segala isinya yang indah: punya sahabat orang Aceh yang beda agama, berkawan dengan remaja Masjid kota Medan, ngopi bareng dari kuali bersama anak-anak Kisaran di tepi jalan Asahan, camping bareng anak Medan di Danau Toba, makan gratis di warung orang Batak Karo karena ceritaku tentang perjalanan menjelajah Sumatera, dan masih banyak lagi.

Nasihat Epikuros

Saya jadi teringat nasihat Epikuros, seorang filsuf dari Yunani Kuno. Ia bilang, hidup apa adanya saja. Tidak perlu bermewah-mewah, sekalipun kamu punya uang untuk membeli segalanya. Nikmati saja apa yang ada di sekitarmu. Jangan buat dirimu mencolok oleh harta benda. Jangan bikin dirimu berbeda dengan yang lain.

Katanya lagi, sebagaimana diuraikan dalam buku Sejarah Filsafat Barat karya Bertrand Rusell, orang akan gelisah justru sesudah ia jadi kaya dan tercapai semua keinginanya. Hatinya tidak tenang dan ia tidak bisa menikmatinya. Sebab, ia harus memikirkan terus-menerus cara terbaik untuk mempertahankan kekayannya, merawat kekuasaannya, dan melindungi diri. Saban hari ia diliputi curiga dan cemas.

Epikuros mengingatkan, orang kaya itu punya banyak musuh. Dan musuh-musuhnya terus menyusun strategi bagaimana menjatuhkannya. Dengan cara apa mereka bisa merebut kekuasaan darinya. Pada titik inilah orang kaya yang kita anggap sukses justru tidak tenang hidupnya.

Mereka yang mempelajari ajaran Epikuros meyakini, kesuksesan dan kebahagiaan tidak diukur dari berapa banyak barang mewah yang ada di koleksimu. Tidak ditakar dari banyak jumlah uang di saldomu. Tidak dihitung dari berapa banyak follower-mu di media sosial.

Kesuksesan dan kebahagiaan terletak di dalam dirimu. Kenikmatan itu sepenuhnya ada di dalam dadamu. Carilah ia di sana, sembari terus beri peringatan pada diri agar tidak serakah. Ugaharilah dalam keseharian. Makan dan minum secukupnya saja. Kalau sudah kenyang berhentilah. Jika sudah tiba di ujung masa jabatan, undur diri baik-baik.

Epikuros sendiri tak hanya mengajarkan, tetapi menjalani ajarannya itu. Diceritakan, sehari-hari ia hanya minum air putih dan makan roti. Sesekali ia makan roti dengan keju kalau di pesta. Selebihnya ia membiasakan diri untuk hidup apa adanya.

Pilih Mana?

Hari ini, dengan berbagai kemajuan dan ragam tawaran yang amat variatif, kita perlu berpikir ulang. Sukses seperti apa yang kita imajinasikan? Dan dalam rupa apa yang akan kita wujudkan dalam keseharian?

Dalam imajinasi Halim, teman saya itu, sukses baginya mungkin punya penghasilan cukup agar bisa berbagi dengan orang di kampung halaman. Bisa juga, ketika pulang kampung saat lebaran nanti bisa bawakan oleh-oleh atau buah tangan buat keluarga besar.

Sementara saya sendiri punya keyakinan yang sangat kuat bahwa saya mau mencontoh sukses ala kaum Epikurean. Punya penghasilan secukupnya, keluarga harmonis, punya waktu luang pergi bareng teman-teman, dan mawas diri sepajang hari-hariku supaya tidak berkonflik dengan orang lain.

Bagaimana menurutmu? Sudah bisakah kamu imajinasikan sukses yang hendak kamu rengkuh? Jaga mimpi suksesmu baik-baik kawan, agar hatimu tetap tenteram dan hidupmu tetap bisa dinikmati.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya