Menyoal Prostitusi ABG

Beberapa waktu lalu, terdengar kabar bahwa Polisi berhasil membongkar praktik prostitusi di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan (Detik.com, 28 Januari 2020). Lebih menyedihkan lagi bahwa prostitusi ini melibatkan perempuan ABG ( Anak Baru Gede) yang dieksploitasi secara seksual untuk dijajakan kepada lelaki hidung belang oleh jaringan prostitusi tersebut.
Tentu berita itu cukup menyedihkan kita semua, sebab para perempuan yang terlibat praktik prostitusi ini adalah mereka yang seharusnya berada di bangku sekolah, menghabiskan waktu untuk belajar demi masa depan mereka kelak, bukan kemudian justru terlibat di dunia yang biasa orang menyebutnya sebagai dunia remang-remang.
Banyak penyebab mengapa Anak Baru Gede (ABG) ini terlibat dalam kegiatan prostitusi. Susahnya kehidupan mengakibatkan tumbuhnya kemiskinan pada keluarga ABG. Kemiskinan yang tumbuh ini salah satunya disebabkan oleh sulitnya memperoleh pekerjaan yang layak.
Pilihan pekerjaan yang tersedia untuk menyambung hidup sangat terbatas. Akhirnya perempuan ABG harus ikut bekerja mencari nafkah untuk mempertahankan hidup. Pilihan yang mereka buat karena keterbatasan kesempatan kerja namun tetap harus bekerja demi mempertahankan kelangsungan hidup dirinya dan keluarga adalah dengan menjajakan diri dalam jaringan prostitusi. Harapannya dengan ikut jaringan ini, mereka bisa mendapatkan sekeping uang untuk digunakan bertahan hidup dirinya dan keluarganya.
Kurangnya perhatian orang tua juga bisa menjadi penyebab keterlibatan perempuan ABG terjun ke dalam lingkaran kehidupan prostitusi. Perempuan ABG adalah sesosok anak perempuan yang sedang mencari jati dirinya. Mereka sedang mencari eksistensi dirinya.
Ketika di dalam keluarga mereka tidak memperoleh perhatian dalam rangka mewujudkan eksistensi dirinya maka ABG ini akan mencari perhatian untuk membuktikan eksistensi dirinya pada kehidupan di luar rumah. Akhirnya perempuan Anak Baru Gede (ABG) ini menemukan lingkungan yang mampu memberikan perhatian dan eksistensi dirinya dibandingkan di rumah salah satunya adalah lingkungan negatif yaitu lingkungan kehidupan prostitusi.
Kehidupan urban yang konsumtif dan pola hidup yang mengikuti tren, sering kali mengakibatkan ABG tergiur untuk menjajakan diri dan ikut dalam jaringan prostitusi. Iming-iming memperoleh uang banyak dengan mudah dan waktu singkat yang bisa digunakan untuk memenuhi kehidupan di dunia urban yang semakin hari semakin konsumtif dan untuk membeli gaya hidup mengikuti tren yang tiap saat berganti mengakibatkan perempuan ABG terjebak untuk terjun dalam kehidupan prostitusi ini.
Pola kehidupan seks bebas yang telah menggeser hubungan seksual dari konsep reproduksi ke arah konsep rekreasi yang cenderung bebas terhadap hubungan seksual tanpa nikah mengakibatkan ABG mengikuti pola kehidupan seks bebas ini. Hubungan seksual bukan lagi hubungan yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri tapi mereka para ABG juga boleh melakukan eksplorasi seksualnya dengan cara menjajakan diri ke dalam kehidupan prostitusi.
Keterlibatan para perempuan ABG ke dalam kehidupan prostitusi juga sering disebabkan bahwa mereka sering kali menjadi korban dari eksploitasi anak, perdagangan manusia hingga korban perkosaan. Mereka kerja di jaringan prostitusi ini karena keterpaksaan dan bukan karena keinginan mereka. Mereka terjun ke dunia prostitusi karena menjadi korban eksploitasi anak dan juga perdagangan manusia yang dilakukan oleh jaringan yang profesional.
Bagi perempuan ABG yang tercebur ke dalam kehidupan prostitusi apapun penyebabnya, mereka rentan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, antara lain, pertama, tidak jarang ABG ini mengalami tindak kekerasan seksual yang berlebihan yang dilakukan oleh pelanggan atau lelaki hidung belang. Hal ini bisa mengakibatkan luka pada organ seksual baik internal maupun eksternal. Luka pada wilayah genital ini bisa bersifat serius bahkan sering kali menjadi permanen.
Kedua, bagi ABG yang kemudian tercebur pada aktivitas prostitusi ini bisa mengalami resiko tinggi terhadap penularan penyakit menular seksual dan juga penyakit HIV/AIDS. Ini dikarenakan organ seksual mereka belum sepenuhnya berkembang sehingga bisa mengakibatkan luka terbuka yang memudahkan penularan penyakit menular seksual dan juga HIV/AIDS. Resiko semakin tinggi apa bila para lelaki hidung belang tidak menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seksualnya.
Ketiga, jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan ABG sebagai akibat dari perilaku mereka melakukan hubungan seksual pranikah di dunia prostitusi, maka kemungkinan terbesar yang akan diambil adalah dengan menggugurkan kandungannya melalui cara aborsi tak aman. Dan ini sangat beresiko bagi keselamatan perempuan ABG tersebut.
Untuk itu penulis sangat setuju terhadap apa yang dilakukan pihak kepolisian dengan membongkar praktik prostitusi ABG tersebut, meskipun ini bukan cara permanen mengatasi persoalan, namun setidaknya hal ini bisa mengurangi bertumbuhnya perempuan ABG terlibat dalam dunia prostitusi sementara waktu.
Artikel Lainnya
-
127205/01/2024
-
100907/08/2022
-
136128/06/2020
-
Bandung Spirit, Politik Luar Negeri Indonesia, dan Multipolaritas Dunia
62916/10/2023 -
Alat Peraga Kampanye dan Pohon-Pohon yang Terlukai
41814/01/2024 -
Taktik Ninja Melawan Serangan Fajar di Pemilu 2024
127205/01/2024