PSBB Dijalankan Setengah Hati

Banyak cara telah diupayakan untuk memutus rantai penularan covid-19. Berbagai himbauanpun telah disampaikan melalui protokol kesehatan, namun masih tak dapat membendung penyebaran virus ini.
Setiap hari, jumlah orang yang terpapar selalu bertambah. Melihat data faktual semakin memprihatinkan, orang-orang yang akhirnya kehilangan nyawapun trennya cenderung naik. Bahkan, pada 21/05/20 menjadi rekor tertinggi melonjaknya kasus terkonfirmasi virus corona di Indonesia. Fakta tersebut diungkapkan langsung oleh Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona di Indonesia.
Segala cara telah diupayakan, termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat ini ramai dikumandangkan. DKI Jakarta menjadi kota pertama yang memberlakukan PSBB, disusul beberapa daerah lain juga memberlakukan kebijakan yang sama.
Pemberlakuan PSBB, dilakukan untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Teknis pelaksanaannyapun diatur oleh daerah masing-masing, namun tetap mengacu pada permenkes. Hal-hal yang dibatasi antara lain acara kegiatan sosial, moda trasportasi, peliburan sekolah dan perkantoran, bahkan kegiatan keagamaanpun dilakukan di rumah masing-masing.
Alih-alih bertujuan untuk mencegah penyebaran virus agar tidak semakin meluas, sehingga dilakukan pembatasan kegiatan penduduk dalam suatu wilayah. Kebijakan PSBB sepertinnya tidak efektif, melihat grafik penyebaran di setiap daerah yang memberlakukan PSBB, hasilnya tidak terlalu signifikan bahkan cenderung naik di setiap daerah.
Kebijakan dilarang mudik dan pemberhentian penerbangan komersial yang mulai diberlakukan tanggal 24 April 2020 hingga 31 Mei 2020, tetapi pada tanggal 7 Mei 2020 transportasi darat, laut dan udara diumumkan dapat beroperasi kembali. Dengan diberlakukannya hal tersebut, PSBB terlihat semakin tidak konsisten.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut dilakukan agar roda ekonomi nasional tetap berjalan. Mengacu pada hal ini, pemerintah seperti setengah hati menjalankan PSBB. Tidak mencabut larangan mudik, namun menyediakan akses transportasi untuk mudik.
Sepekan setelah moda transportasi kembali beroperasi, muncul gambar yang memperlihatkan penumpukan penumpang ke berbagai tujuan di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Menyebarnya gambar itu tentu sangat memprihatinkan dan kembali memperlihatkan betapa tidak jelasnya kebijakan-kebijakan yang telah diberlakukan di hari-hari sebelumnya.
Segala yang dilakukan terkesan abu-abu dan tidak terukur. Jalanan di Jakarta tetap macet, padahal seharusnya dengan pemberlakuan PSBB volume kendaraan yang beroperasi dapat berkurang. Tidak tahu apa penyebabnya, masyarakat bandel ataukah pemerintah?
Kekecewaan kembali terjadi melihat terjadinya kerumuman yang di McD Sarinah juga di gerai Domino’s Pizza Yogyakarta. Muncul juga fakta pasar Tanah Abang yang kembali ramai, serta kebijakan terbaru oleh pemerintah terkait pegawai BUMN yang berusia di bawah 45 tahun akan kembali bekerja.
Ditambah lagi menjelang Hari Raya Idul Fitri, banyak masyarakat yang melanggar PSBB. Walaupun telah diumumkan untuk merayakan hari suci di rumah, namun pusat perbelanjaan seperti pasar tradisional dan mall kembali ramai, bahkan sampai melanggar protokol kesehatan. Entah apa yang dicari sampai bersedak-desakan, seakan tak takut akan virus yang sedang merajalela.
Perlahan semakin terlihat, menjalankan PSBB hanya dengan setengah hati. Melihat segala realitas yang ada serta kebijakan demi kebijakan yang tidak dipatuhi, seolah menuntut untuk berdamai dengan pandemi, dan ingin mengelak dari perang panjang dengan covid-19.
Rapper Indonesia, Willy Winarko berkeluh melalui lagu rap yang dibuatnya. Lagu yang berjudul “Terserah” itu menyuarakan keresahannya akan pelanggaran dan pelonggaran PSBB. Emosi yang diluapkan Willy melalui lagu mewakilkan keresahan orang-orang yang yang telah memilih mematuhi peraturan dan mengamankan diri dirumah.
Realitas tersebut tentu sangat membuat miris. Sebagian masyarakat mengamankan dengan mengurung diri sudah hampir tiga bulan. Mereka rela kehilangan banyak hal untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Sebagian lagi tidak peduli untuk seluruh kebijakan yang ada. Mereka tidak takut bahkan seperti menantang virus yang kini menjadi Pandemi itu
.
Dibalik setiap alasan yang melanggar PSBB, baiknya coba ingat kembali segala usaha yang telah diperjuangkan selama ini. Memang tidak mudah berperang dengan pandemi. Pemerintah juga telah mengupayakan banyak hal. Semua harus saling bekerjasama, masyarakat dan pemerintah saling bahu-membahu, dengan mematuhi dan menegakkan peraturan yang telah dibuat secara sungguh-sungguh. Itu semua agar segala yang telah dikorbankan dan diupayakan bersama selama hampir empat bulan tidak sia-sia.
Artikel Lainnya
-
171510/08/2020
-
118908/02/2022
-
488911/04/2020
-
Menerka Messi dengan Tugas Barunya
113914/08/2021 -
Rasionalisme Kritis Ala Jacques Ellul
78601/08/2023 -
Fenomena Kotak Kosong Dampak Populisme di Indonesia
38518/08/2024